1. Raden Syarif
Raden Saleh Sjarif Boestaman adalah salah seorang pelukis paling terkenal dari Indonesia. Bisa dibilang ialah orang pertama Indonesia yang meng-internasional. Pergaulannya yang lusa menghantarkannya pada bangsawan dan keluarga kerajaan Inggris, Prusia, Austria dan Belanda. Tak sedikit pula yang menganugerahinya tanda penghargaan, yang kemudian selalu ia sematkan di dada. Di antaranya, bintang Ridder der Orde van de Eikenkoon (R.E.K.), Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde (C.F.J.), Ksatria Orde Mahkota Prusia (R.K.P.), Ridder van de Witte Valk (R.W.V.), dll.
Sedangkan penghargaan dari pemerintah Indonesia diberikan tahun 1969 lewat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, secara anumerta berupa Piagam Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia. Wujud perhatian lain adalah, pembangunan ulang makamnya di Bogor yang dilakukan oleh Ir. Silaban atas perintah Presiden Soekarno, sejumlah lukisannya dipakai untuk ilustrasi benda berharga negara, misalnya akhir tahun 1967, PTT mengeluarkan perangko seri Raden Saleh dengan reproduksi dua lukisannya bergambar binatang buas yang sedang berkelahi. Berkat Raden Saleh, Indonesia boleh berbangga melihat karya anak bangsa menerobos museum akbar seperti Rijkmuseum, Amsterdam, Belanda, dan dipamerkan di museum bergengsi Louvre, Paris, Perancis.
2. Affandi Koesoema
Affandi Koesoema adalah seorang pelukis yang dikenal sebagai Maestro Seni Lukis Indonesia, mungkin pelukis Indonesia yang paling terkenal di dunia internasional, berkat gaya ekspresionisnya yang khas.
Pada tahun 1950-an ia banyak mengadakan pameran tunggal di India, Inggris, Eropa, dan Amerika Serikat. Pelukis yang produktif, Affandi telah melukis lebih dari dua ribu lukisan.
3. Basoeki Abdullah
Basoeki Abdullah adalah salah seorang maestro pelukis Indonesia. Ia dikenal sebagai pelukis aliran realis dan naturalis.
Ia pernah diangkat menjadi pelukis resmi Istana Merdeka Jakarta dan
karya-karyanya menghiasi istana-istana negara dan kepresidenan
Indonesia, disamping menjadi barang koleksi dari berbagai penjuru dunia.
4. Barli Sasmitawinata
Barli Sasmitawinata adalah seorang pelukis realis asal Indonesia. Ia
mulai menekuni dunia seni lukis sekitar tahun 1930-an dan merupakan
bagian dari “Kelompok Lima” yang juga beranggotakan Affandi, Hendra
Gunawan, Sudarso, dan Wahdi. Awalnya ia menjadi pelukis atas permintaan
kakak iparnya pada tahun 1935 agar ia memulai belajar melukis di studio
milik Jos Pluimentz, pelukis asal Belgia yang tinggal di Bandung. Di
sana ia banyak belajar melukis alam benda. Setelah berguru pada pelukis
Italia Luigi Nobili (juga di Bandung), pada tahun 1950-an ia lalu
melanjutkan pendidikan seni rupa di Eropa.
Latar belakang pendidikan tingginya di Belanda dan Perancis (Académie de
la Grande Chaumière, Paris, 1950 dan Rijksakademie van beeldende
kunsten, Amsterdam, 1956) terwakili dalam karya-karyanya yang
menunjukkan penguasaan teknik menggambar anatomi tubuh secara rinci.
5. Hendra Gunawan
Hendra Gunawan dilahirkan pada 11 Juni 1918 di Bandung, Jawa Barat. Ia
beruntung karena sempat sempat masuk sekolah dan belajar melukis pada
Wahdi, seorang pelukis pemandangan. Kegiatannya bukan hanya melukis
semata, tetapi pada waktu senggang ia menceburkan diri pada grup
sandiwara Sunda sebagai pelukis dekor. Dari pengalaman itulah, ia
mengasah kemampuannya.
Pertemuannya dengan Affandi merupakan fase dan sumber inspirasi jalan
hidupnya untuk menjadi seorang pelukis. Keberaniannya terlihat ketika ia
membentuk Sanggar Pusaka Sunda pada tahun 1940-an bersama pelukis
Bandung dan pernah beberapa kali mengadakan pameran bersama. Lukisan
“Pengantin Revolusi”, disebut-sebut sebagai karya empu dengan ukuran
kanvas yang besar, tematik yang menarik dan warna yang menggugah
semangat juang. Nuansa kerakyatan menjadi fokus dalam pemaparan
lukisannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar